Rewang Wujud Harmoni Gotong Royong Komunitas Jawa

- Reporter

Minggu, 7 Juli 2024 - 16:52 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Daerah Istimewa Yogyakarta-Lensabumi.com. Saat menelusuri sudut-sudut Desa di Yogyakarta. Kami melihat banyak sekali Penjor-penjor berdiri melengkung di setiap ujung jalan masuk atau gang. Dibagiah bawah penjor tertempel Tulisan yang dilaminating Nama yang punya hajat seukuran kertas HVS. Bulan Dzulhijah istilah Islam atau Wulan Besar istilah jawa adalah bulan yang baik untuk Hajatan Pernikahan ataupun sunatan, kebetulan Juga bersamaan dengan libur sekolah. Sehingga tradisi Hajatan Supitan ataupun Sunatan banyak digelar pada akhir bulan Juni dan awal minggu Bulan Juli tahun ini khususnya di Jateng, DIY dan Jatim.

Ditengah arus tumbuhnya catering, persewaan gedung dan Wedding organizer dimasyarakat Jawa masih banyak menggelar hajatan dirumahnya yang dapat berlangsung selama 3 hari 3 malam khususnya untuk *Hajatan Mantu* atau menikahkan anak perempuan. Kamipun tertarik untuk menelisik lebih dalam lagi. Menurut Dukuh atau kepala Kampung yang kami temui di wilayah Yogyakarta. Mau berapa hari hajatan itu tergantung dari yang punya hajat. Dalam hajatan tersebut ada istilah budaya *Rewang*. Budaya Rewang ini masih ada dan sudah berlangsung secara turun temurun dan terpelihara dengan baik sampai sekarang.

Rewang adalah bentuk konkret dari prinsip gotong royong yang begitu dijunjung tinggi oleh masyarakat Jawa. Tradisi ini melibatkan kerjasama antar tetangga dan kerabat untuk membantu tuan rumah dalam persiapan hingga pelaksanaan hajatan. Tidak ada yang merasa terbebani, karena rewang dilandasi oleh semangat saling membantu dan solidaritas.

Dalam budaya rewang, setiap individu memiliki peran dan kontribusinya masing-masing, sehingga semua pekerjaan menjadi lebih ringan dan cepat selesai.Dalam sebuah hajatan, kaum perempuan biasanya sibuk di dapur, mempersiapkan hidangan untuk tamu-tamu yang akan datang. Sementara itu, kaum pria bekerja di luar, mendirikan tenda, mengatur kursi, dan melakukan berbagai pekerjaan fisik lainnya. Setiap orang bekerja dengan sukarela, tanpa pamrih, semata-mata karena rasa kebersamaan dan tanggung jawab sosial.

Baca Juga :  Pentingnya Hubungan Pusat Dan Daerah Untuk Menyerap Aspirasi

Budaya ini tidak hanya mengajarkan nilai-nilai gotong royong, tetapi juga mempererat hubungan sosial antar anggota komunitas.

Rewang sendiri bukan hanya untuk orang hajatan nikahan, sunatan saja tetapi untuk hajatan lainnya juga termasuk Hajatan kirim doa bagi leluhur atau keluarga yang sudah meninggal, aqiqoh bahkan sedekah Bumi atau merti padukuhan.

Yang terlibat dalam budaya rewang seluruh gender dan generasi terlibat. Ibu-ibu biasanya bertanggung jawab terhadap pengolahan makanan dan penyajian, bapak-bapak bertanggung jawab dalam persiapan tempat dan generasi muda pramusajinya atau istilahnya sinoman.

Rewang sudah ada sejak zaman dahulu kala, ketika masyarakat Jawa hidup dalam komunitas yang sangat erat dan saling bergantung. Gotong royong menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, dan rewang adalah salah satu manifestasinya yang paling jelas.

Tradisi ini diwariskan dari generasi ke generasi, dengan nilai-nilai kebersamaan dan saling membantu yang tetap relevan hingga hari ini.

Budaya rewang, sebuah tradisi gotong royong yang telah mengakar kuat di masyarakat Jawa, merupakan cerminan dari nilai-nilai kekeluargaan dan kebersamaan yang menjadi ciri khas kehidupan di tanah Jawa.

Baca Juga :  Pilkada Brebes 2024: KPU Gelar Deklarasi Kampanye Damai, Dorong Suasana Kondusif

Dalam setiap hajatan, baik itu pernikahan, khitanan, atau acara lainnya, rewang memainkan peran penting dalam menjaga keutuhan dan harmoni dalam bertetangga. Rewang tetap bertahan sebagai bentuk kearifan lokal yang tak lekang oleh waktu.

Namun, di tengah modernisasi dan perubahan gaya hidup, keberadaan rewang mulai menghadapi tantangan. Di perkotaan, di mana kehidupan cenderung lebih individualistik dan sibuk, praktik rewang semakin jarang ditemui. Orang lebih memilih menggunakan jasa katering atau event organizer yang lebih praktis dan efisien. Akibatnya, nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong yang terkandung dalam rewang mulai memudar. di banyak desa di Jawa, rewang masih tetap hidup dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat.

Tradisi ini terus dipertahankan karena dianggap sebagai warisan budaya yang harus dijaga. Rewang tidak hanya tentang membantu dalam hajatan, tetapi juga tentang menjaga keutuhan kerukunan yang salih asah, asih dan asuh.

Ini adalah momen di mana setiap orang bisa saling mengenal lebih dekat, mempererat tali silaturahmi, dan memperkuat rasa kebersamaan.

Mari kita lihat rewang bukan hanya sebagai sebuah tradisi kuno, tetapi sebagai sebuah warisan budaya yang kaya akan nilai-nilai kebaikan. Dengan demikian, kita bisa menjaga keutuhan komunitas dan menciptakan kehidupan yang lebih harmonis dan penuh kebersamaan.

Rewang adalah cerminan dari kearifan lokal yang harus terus dilestarikan, demi menjaga jati diri dan kebersamaan masyarakat Jawa.

Berita Terkait

Tingkatkan Minat Baca Warga Binaan, Lapas llB Brebes Miliki Teras Baca Pancasila
Dukung Kenyamanan Pegawai, Pemkab Brebes Bantu Perumahan Kejaksaan
Kementerian PU Rehabilitasi dan Rekonstruksi Infrastruktur Mitigasi Bencana di Sulawesi Tengah, Wujudkan Kawasan Tangguh Bencana
Menteri Dody Tinjau Workshop di Politeknik PU Semarang
Urai Kemacetan di Kota Semarang, Presiden Prabowo Resmikan Flyover Madukoro
Diduga Laporannya Palsu dan Mencemarkan Nama Baiknya, Cawalkot Dedy Yon akan Laporkan Balik ke Polisi
Police Goes to School, Satlantas Polres Tegal Kota Ajak Pelajar Tertib Berlalu Lintas
Dari Dukungan Keluarga hingga Prestasi Nasional: Kisah Inspiratif Princess Nazarene

Berita Terkait

Jumat, 13 Desember 2024 - 01:02 WIB

Tingkatkan Minat Baca Warga Binaan, Lapas llB Brebes Miliki Teras Baca Pancasila

Jumat, 13 Desember 2024 - 01:02 WIB

Dukung Kenyamanan Pegawai, Pemkab Brebes Bantu Perumahan Kejaksaan

Kamis, 12 Desember 2024 - 20:46 WIB

Kementerian PU Rehabilitasi dan Rekonstruksi Infrastruktur Mitigasi Bencana di Sulawesi Tengah, Wujudkan Kawasan Tangguh Bencana

Kamis, 12 Desember 2024 - 13:52 WIB

Menteri Dody Tinjau Workshop di Politeknik PU Semarang

Kamis, 12 Desember 2024 - 12:27 WIB

Urai Kemacetan di Kota Semarang, Presiden Prabowo Resmikan Flyover Madukoro

Berita Terbaru

Daerah

Menteri Dody Tinjau Workshop di Politeknik PU Semarang

Kamis, 12 Des 2024 - 13:52 WIB