MAKNA FILOSOFI JAMASAN PUSAKA

- Reporter

Minggu, 14 Juli 2024 - 19:57 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Lensabumi.com- Bangsa Indonesia mempunyai ragam budaya sangat tinggi salah satunya Kujang, Keris, Tombak dan lain sebagainya merupakan peninggalan adi luhung dari leluhur, biasanya masyarakat sebut sebagai Pusaka.

Pusaka adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebutkan suatu benda yang dianggap sakti atau keramat. Biasanya benda-benda yang dianggap keramat di sini umumnya adalah benda warisan yang secara turun-temurun diwariskan oleh nenek moyangnya atau leluhur.

Dalam budaya Jawa ada juga kebiasaan masyarakat untuk merawat serta menghargai peninggalan nenek moyang yang berupa benda pusaka. Penghargaan itu dengan melakukan tradisi jamasan pusaka yang dimiliki. Biasanya tradisi Jamasan Pusaka setiap bulan Suro atau Mulud.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Jamasan Pusaka merupakan suatu upacara yang dinilai sakral. Karena dalam persiapannya tidak hanya mempersiapkan fisik saja tetapi juga rohani., jamasan dari kata jamas yang artinya cuci, membersihkan, mandi. Jamas adalah bahasa Jawa kromo inggil (tingkatan paling tinggi/halus), sementara bahasa ngoko-nya (paling kasar) adalah kumbah. Sehingga, jamasan bisa diartikan sebagai kegiatan mencuci, membersihkan, atau memandikan. atau ngumbah.

Dalam ritual Jamasan Pusaka benda-benda peninggalan salah satunya keris akan dicuci menggunakan warangan. Warangan ialah larutan kimia yang berasal dari perpaduan jeruk nipis dengan serbuk batu warang. Kandungan zat asam dalam bahan tersebut berfungsi untuk melarutkan kotoran-kotoran yang menempel pada permukaan bilah keris atau benda peninggalan lainnya hal ini juga berguna agar benda pusaka tersebut tidak cepat rusak dan berkarat.

Menurut Murtjipto (2004) dalam bukunya Fungsi dan Makna Siraman Pusaka Mangkunegaran di Selogiri Kabupaten Wonogiri, maksud dan tujuan jamasan pusaka untuk mendapatkan keselamatan, perlindungan, dan ketentraman. Sebab, bagi sebagian masyarakat Jawa, benda-benda pusaka tersebut dianggap mempunyai kekuataan gaib yang akan mendatangkan berkah apabila dirawat dengan cara dibersihkan atau dimandikan. Apabila tidak dirawat, mereka percaya “isi” yang ada di dalam benda pusaka tersebut akan pudar atau akan hilang sama sekali, dan hanya berfungi sebagai senjata biasa.

Baca Juga :  Tanam Pohon pada Peringatan Hapernas 2024, Menteri Basuki Kolaborasikan Hari Perumahan dengan Hari Habitat

Benda-benda peninggalan yang dibersihkan dalam ritual jamasan pusaka antara lain keris, tombak, kereta kencana, gamelan dan berbagai peralatan upacara. Masyarakat Jawa meyakini bahwa jamasan pusaka menjadi cara untuk menghargai secara penuh peninggalan nenek moyangnya.
“Masyarakat Jawa percaya bahwa dengan melakukan jamasan pusaka, mereka akan dihindarkan dari berbagai kesialan. Karena tradisi pencucian benda pusaka bertujuan untuk menghilangkan energi negatif atau pengaruh jahat yang coba melekat pada pusaka tersebut.

Jamasan Pusaka bukan dikenal oleh masyarakat Jawa saja masyarakat Sunda pun mengenalnya dengan istilah “Ngumbah Pusaka” seperti yang rutin dilakukan oleh Karaton Sumedang Larang setiap bulan mulud tiap tahunnya..maksud dan tujuannya Ngumbah Pusaka sama dengan jamasan pusaka pada umumnya.

JAMASAN SIMBOL BERSIHKAN DIRI

Ritual jamasan pusaka tersebut memiliki makna agar seseorang dapat membersihkan dirinya guna menyambut masa yang akan datang. “Selain membersihkan secara fisik, prosesi itu juga sebenarnya bertujuan untuk membersihkan diri. Secara fisik dibersihkan dan secara kebatinan juga dibersihkan.

Bagaimana manusia itu harus introspeksi setidaknya setahun sekali mengingat apa yang sudah dilakukan sepanjang tahun dan apa yang akan dilakukan pada tahun mendatang,”
Orang Jawa mempercayai bahwa memandikan keris tak hanya sekedar untuk mengawetkan atau mempercantik keris. Memandikan keris berarti melakukan ritual membersihkan diri. Orang yang memandikan keris merefleksi dirinya bahwa membuat keris tidaklah mudah. Dalam hal ini membutuhkan doa, spirit yang kuat, kesabaran, ketelitian dan pantang menyerah. Nilai-nilai inilah yang diilhami bagi orang yang memandikannya. Terlebih juga, peninggalan pusaka dari nenek moyang memiliki kekuatan magis yang akan mendatangkan perlindungan jika dirawat dengan baik dan apabila tidak dirawat, maka ‘kekuatan’yang dimiliki pusaka akan pudar atau hilang.

Baca Juga :  Pembukaan Sepakbola Pesantunan Cup: Bacabup Brebes Asrofi dan Mitha Duduk Bersanding, Isyarat Koalisi?

Keris pun juga memiliki filosofi kehidupan. Bagian-bagiannya seperti pesi (pegangan keris), gonjo, tikel alis, pijetan, dan greneng, menceritakan tentang kehidupan manusia. Diantaranya yaitu manusia perlu memiliki pegangan dalam hidupnya, manusia perlu mempertimbangkan segala perbuatan, manusia perlu adanya musyawarah bersama, manusia perlu memiliki jiwa yang bersih.

Begitu pula masyarakat Sunda memandang kujang sebagai refleksi ketajaman dan daya kritis, serta lambang kekuatan dan keberanian untuk memperjuangkan hak-hak dan kebenaran. Karakteristik kujang menyerupai celurit, dengan bilah pisaunya yang berbentuk sabit. Kujang sendiri berasal dari kata ujang, yang berarti manusia.

Pada mitologinya, banyak makna yang tersirat pada senjata yang dikenal di abad ke-9 ini. Bukan hanya sekedar piranti untuk berperang atau sebagai alat tani, tetapi juga berfalsafah sebagai janji untuk meneruskan perjuangan nenek moyang.

Janji Kujang adalah selalu menggenggam erat ciri-ciri manusia dan bangsa, yaitu ciri manusia yang welas asih, beretika, berbudi daya, dan berbudi basa, serta ngajeni tubuhnya.

Jamasan / Ngumbah Pusaka mengandung nilai-nilai budaya yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari. prosesi dalam jamasan pusaka adalah tetap lestarinya budaya warisan leluhur dan hilangnya korosi yang terdapat pada bilah pusaka, serta agar tampak bersih dan indah kembali.

Berita Terkait

Warga Desa Kedungwaringin Satu Keluarga Alamin Lumpuh Dari Polsek Jatilawang Polresta Banyumas Berikan Bantuan
Penjabret Gagal Kabur, Dihajar Massa di Brebes!
Satreskrim Polres Batang Tangkap Satu Lagi Pelaku Tawuran
Aksi Peduli Sampah Kapolres Purbalingga Pimpin Bersihkan Lingkungan Taman Usman Janatin
Jaga Demokrasi, Asrofi : Segera Deklarasikan Gerakan Kotak Kosong
Peringatan HUT Polwan, Kapolres Brebes Apresisasi Kinerja Polwan
Tiga Pelaku Curanmor di Kota Tegal, Berhasil Diringkus Polisi
Demo di KPU Brebes: Massa Tuntut Kampanye Kotak Kosong

Berita Terkait

Sabtu, 7 September 2024 - 09:49 WIB

Warga Desa Kedungwaringin Satu Keluarga Alamin Lumpuh Dari Polsek Jatilawang Polresta Banyumas Berikan Bantuan

Sabtu, 7 September 2024 - 09:29 WIB

Penjabret Gagal Kabur, Dihajar Massa di Brebes!

Jumat, 6 September 2024 - 15:36 WIB

Satreskrim Polres Batang Tangkap Satu Lagi Pelaku Tawuran

Jumat, 6 September 2024 - 14:54 WIB

Aksi Peduli Sampah Kapolres Purbalingga Pimpin Bersihkan Lingkungan Taman Usman Janatin

Jumat, 6 September 2024 - 14:39 WIB

Jaga Demokrasi, Asrofi : Segera Deklarasikan Gerakan Kotak Kosong

Berita Terbaru

Daerah

Penjabret Gagal Kabur, Dihajar Massa di Brebes!

Sabtu, 7 Sep 2024 - 09:29 WIB

Daerah

Satreskrim Polres Batang Tangkap Satu Lagi Pelaku Tawuran

Jumat, 6 Sep 2024 - 15:36 WIB