Lensabumi.com – Gerhana bulan adalah salah satu fenomena alam paling menakjubkan yang terjadi saat Bumi, Bulan, dan Matahari berada dalam satu garis lurus, menyebabkan bayangan Bumi menutupi Bulan. Namun, di balik keindahan dan keunikan fenomena astronomi ini, tersimpan berbagai mitos dan legenda mengerikan yang telah diwariskan secara turun-temurun di berbagai budaya.
Mitos Naga dan Monster Pemakan Bulan
Salah satu mitos yang paling terkenal di seluruh dunia adalah keyakinan bahwa gerhana bulan terjadi karena Bulan dimakan oleh makhluk jahat. Di banyak budaya Asia, termasuk Tiongkok dan India, gerhana bulan dianggap sebagai pertanda buruk karena Bulan sedang diserang oleh naga atau monster raksasa.
- Tiongkok: Gerhana bulan dipercaya disebabkan oleh seekor naga langit yang mencoba menelan Bulan. Untuk mengusir naga tersebut, masyarakat akan membuat keributan dengan memukul-mukul panci, wajan, atau gendang.
- India: Dalam mitologi Hindu, gerhana bulan terjadi saat iblis Rahu dan Ketu menelan Bulan. Kedua iblis ini diyakini haus akan keabadian, dan menelan Bulan serta Matahari adalah cara mereka untuk mengonsumsi nektar abadi.
Mitos Makhluk Gaib dan Pertanda Buruk
Di berbagai belahan dunia, gerhana bulan juga dihubungkan dengan makhluk-makhluk gaib dan pertanda bencana.
- Suku Inca: Suku kuno ini percaya bahwa gerhana bulan disebabkan oleh seekor puma ganas yang menyerang Bulan. Untuk mengusir puma tersebut, mereka akan membuat kegaduhan, melempar batu, dan bahkan memukuli anjing agar lolongan anjing dapat menakuti hewan buas itu.
- Suku Mesopotamia: Bangsa Babilonia kuno menganggap gerhana bulan sebagai pertanda buruk yang ditujukan kepada raja. Untuk mengelabui takdir, mereka akan menunjuk “raja pengganti” untuk sementara waktu hingga gerhana berakhir, dengan harapan takdir buruk akan menimpa raja palsu tersebut.
Mitos di Indonesia: Bulan Dimakan Batara Kala
Di Indonesia, gerhana bulan juga tidak luput dari mitos. Salah satu yang paling dikenal adalah legenda Batara Kala, raksasa jahat dalam mitologi Jawa. Kisahnya, Batara Kala yang merasa tidak puas karena tidak diundang dalam jamuan para dewa, mencuri air suci Tirta Amerta. Namun, tindakannya diketahui oleh Dewa Wisnu, yang kemudian memenggal kepala Batara Kala.
Saat kepala Batara Kala jatuh ke Bumi, ia seringkali merasa lapar dan dendam. Gerhana bulan dipercaya terjadi saat Batara Kala mencoba membalas dendam dengan menelan Bulan. Masyarakat kemudian melakukan ritual seperti memukul kentongan dan memanjatkan doa-doa agar Batara Kala memuntahkan kembali Bulan.
Meskipun ilmu pengetahuan modern telah menjelaskan gerhana bulan sebagai fenomena alami yang aman, mitos-mitos ini tetap menjadi bagian dari warisan budaya yang menarik dan terus diwariskan dari generasi ke generasi.








